Konsep Dasar Cellular Technology

Dhi_qie
22.23

Sistem selular adalah sistem yang canggih, sebab sistem ini membagi suatu kawasan dalam beberapa sel kecil. Hal ini digunakan untuk memastikan bahwa frekuensi dapat meluas sehingga mencapai ke semua bagian pada kawasan tertentu sehingga beberapa pengguna dapat menggunakan ponsel mereka secara simultan tanpa jeda dan tanpa terputus-putus.

Definisi Selular
Pada sistem seluler, untuk menggambarkan cakupan area secara geografis digunakanlah penggambaran heksagonal. Area inilah yang disebut sel (Cell). Mengapa bentuknya heksagonal bukan lingkaran untuk menggambarkan sebuah sel?


Anda dapat melihat pada gambar diatas, jika anda menggambarkan sebuah sel dalam bentuk lingkaran, maka sel satu dengan yang lainnya tidak akan dapat saling berkesinambungan dengan sempurna. Pada sistem selular, semua daerah dapat dicakup tanpa adanya gap sel satu dengan yang lain sehingga kurva heksagonal lebih mewakili, kerena cakupan area dapat tergambarkan dengan rapih serta mencakup keseluruhan area.

Untuk lebih jelasnya anda dapat melihat pada gambar dibawah ini, dimana sebuah Antena akan dapat mengirim dan menerima sinyal pada tiga daerah yang berbeda, dimana setiap sel hanya tercakup sebagian saja dari ketiga sel yang tercakup.


Beberapa komponen penting pembentuk sistem dari seluler adalah peralatan seluler itu sendiri seperti Base Station Radio, Antena dan Base Station Controller yang akan mengatur lalulintas dari beberapa sel dan saling berhubungan pula dengan jaringan telepon publik.

Arsitektur Jaringan GSM
Jaringan di dalam Global System for Mobile Telecommunication (GSM) disusun dari beberapa entitas fungsional yang dibagi menjadi 3 (tiga) bagian yaitu:


A. Mobile Station
Mobile Station yang merupakan perangkat dibawa oleh pelanggan atau kata lain telepon selulernya yang akan menerima maupun mengirimkan data. Mobile Station terdiri dari Radio transceiver, Display dan Digital Signal Proccesor (DSP) dan kartu SIM (Subscriber Identity Module).

Dalam Global System for Mobile telecommunication (GSM) identitas panggilan tidak dihubungkan dengan ponselnya tetapi dengan kartu SIM sehingga bila kartu SIM dimasukan keterminal lain maka pengguna akan tetap menerima panggilan dan dapat melakukan pemanggilan dari terminal tersebut serta dapat menerima layanan pelanggan yang lainnya.

Mobile Equipment atau Ponsel secara unik dapat dikenali dengan International Mobile Subscriber Identity (IMEI) sedangkan kartu SIM memiliki InternationalMobile Subscriber Identity (IMSI) yang dapat mengidentifikasi pelanggan. Akan tetapi IMEI dengan IMSI tidak saling tergantung maka dapat digunakan dalam mobilitas pribadi. Dengan kata lain kita dapat memindahkan kartu SIM ke ponsel manapun juga.

B. Base Station Subsystem (BBS)
Base Station Subsystem (BBS) merupakan peralatan yang mengendalikan hubungan antara radio dengan mobile station. Base Station Subsystem terdiri atas dua bagian yaitu : Base Transceiver Station (BTS) yang mengandung transceiver radio yang menangani sebuah cell atau daerah dan berhubungan dengan mobile station dan Base Station Controller (BSC) yang cara kerjanya mengatur hubungan radio antara satu dan beberapa Base Transceiver Station.

Selain itu juga Base Transceiver Station merupakan penghubung antara Mobile station dengan Mobile Service Switching Center (MSC)


C. Network Subsystem
Network Subsystem yang merupakan bagian utamanya adalah Mobile Service Switcing Center (MSC) kegunaannya untuk melakukan switching pengguna jaringan bergerak dengan pengguna jaringan bergerak atau tetap.

Mobile Service Switching Center (MSC) juga menyediakan hubungan dengan jaringan PSTN dan ISDN. Pensinyalan di antara entitas fungsional ini menggunakan Signaling Sistem Number 7 (SS7) yang digunakan untuk Trunk Signaling dalam ISDN dan digunakan secara luas di jaringan umum sekarang.

Informasi mengenai Mobile Station disimpan dalam dua Location Register yang merupakan sebuah basis data. Yang pertama adalah Home Location Register (HLR) yang berisi semua informasi administrasi dari semua pelanggan yang terdaftar disuatu jaringan GSM beserta lokasi dari mobile station. Lokasi dari suatu Mobile Station disimpan dalam bentuk Mobile Station Roaming Number (MSRN).

Sedangkan yang kedua adalah Visitor Location Register (VLR) berisi informasi berisi administrasi terpilih dari Home Location Register (HLR) yang dibutukan untuk control pangilan dan izin bagi pengguna service berlangganan untuk setiap pengguna.

Register lain yang digunakan untuk autentikasi dan keamanan adalah Equipment Identity Register (EIR) yang merupakan basis data yang berisi daftar Mobile Station yang valid dalam jaringan GSM yang teridentifikasi lewat nomor IMEI. Sedangkan Autenthication Center adalah basis data terproteksi yang menyimpan salinan PIN (Personal Identity Number) yang digunakan untuk autentifikasi.







Baca Selengkapnya......

Read Users' Comments (0)

ISDN : Jaringan Telekomunikasi Digital Pelayanan Terpadu

Dhi_qie
18.28

ISDN : Jaringan Telekomunikasi Digital Pelayanan Terpadu
Perkembangan teknologi telekomunikasi terasa semakin cepat, terutama dengan pesatnya kemajuan teknologi komputer dan informatika.

Saluran telepon, yang awalnya hanya untuk komunikasi suara, sekarang sudah banyak dimanfaatkan juga untuk komunikasi data, teks dan gambar atau grafik. Apalagi dengan munculnya jaringan komputer global yang disebut Internet, perkawinan antara teknologi informasi dan telekomunikasi ini akan menjadikan dunia berada di genggaman Anda.


Bagaimana dengan jaringan telepon untuk itu?
Bayangkan, bila saat ini Anda memegang sebuah Laptop, kemudian dengan perantara telepon selular Anda masuk ke jaringan Internet, maka Anda sudah dapat melanglang buana. Anda berkomunikasi dengan kolega yang berada di lain benua, lewat sura, teks, data, citra dan bahkan video.

Namun, hal itu tidak akan terlaksana dengan baik bila jaringan telepon yang ada masih kurang mendukung terutama kecepatannya atau banyaknya data yang dapat disalurkan per satuan waktu. Untuk itulah, Indonesia dalam waktu dekat akan mengoperasikan Jaringan Digital Pelayanan Terpadu (JDPT) atau lebih dikenal dengan istilah aslinya sebagai Integrated Services Digital Network (ISDN).

Banyak keuntungan yang diperoleh bila komunikasi telepon, faksimil, teks, video, transmisi data, gambar dan jaringan komputer menggunakan layanan ISDN ini. Di antaranya adalah kecepatannya yang dapat mencapau 144 Kbps (Kilobit per second) atau bahkan hingga 2 Mbps (Megabit per second).

ISDN dapat digambarkan sebagai jaringan telekomunikasi melalui perombakan jaringan telepon, yang dapat melayani aplikasi suara maupun non suara seperti data, teks, citra, dan video pada satu jaringan yang sama.

Teknologi jaringan ini diprakarsai oleh H. Shimada pada suatu pertemuan CCITT tahun 1971. Kemudian, aplikasi ISDN segera terwujud setelah CCITT merekomendasikan standar Red Book (1985) dan standar Blue Book (1988) dalam wujud Narrow Band (N-ISDN).

ISDN dikembangkan dari jaringan telepon dengan mengusahakan agar tidak melakukan perubahan secara mendasar pada sentral telepon yang sudah ada. Sebab saat ini pada dasarnya jaringan telepon yang telah tersebar secara luas di dunia sudah menggunakan teknik digital pada bagian transmisi dan switching-nya.

Jika kita ikuti berita selama satu setengah dasawarsa terakhir, Indonesia telah secara gencar meluaskan jaringan dan mengganti seluruh sentral telepon analog ( telepon 0ntel) menjadi sentral telepon digital (Sentral Telepon Digital Indonesia, STDI). Perluasan jaringan memproyeksikan pemasangan sebesar 5 juta satuan sambungan (SST) pada akhir PELITA VI.


Sampai saat ini telah dilaksanakan kerja sama dengan mitra asing untuk pembangunan pertelekomunikasian di Indoensia. Tercatat perusahaan telekomunikasi Jepang, NEC dalam pembangunan STDI II (NEAX-61) dan AT & T (5ESS). Di samping adanya upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan , secara langsung maupun tidak langsung, ini merupakan upaya yang bagus untuk memperlancar evolusi ke arah JDPT.
STDI menjadi JDPT
Pengembangan STDI dengan kemampuan JDPT menganut beberapa pokok pikiran. Seperti, aplikasi tidak boleh mempengaruhi aplikasi non-ISDN yang sudah ada. Perubahan dari sentral non-ISDN menjdai sentral ISDN hanya bersifat tambahan (add-on). Pelanggan ISDN dan non-ISDN harus dapat ditangani dalam jaringan yang sama. Dengan kemajuan teknologi ISDN, jaringan STDI harus dapat menyesuaikan secara ekonomis.

STDI dapat berfungsi sebagai sentral lokal, interlokal, maupun internasional , bahkan dapat dipakai sebagai sentral lokal, interlokal, maupun internasional, bahkan dapat dipakai sebagai sentral mobile maupun dibentuk sebagai kontainer untuk dapat memenuhi permintaan beberapa feature yang menarik, seperti yang ditawarkan Telkom sebagai hotline, pemutaran nomor sandi, pengalihan nomor telepon, pemanggilan langsung, penerimaan ganda, dan fungsi-fungsi otomatisasi lainnya.

Aplikasi STDI ditata dengan struktur hardware berupa sentral yang terdiri atas subsistem-subsistem DLU (Digital Line Unit), LTG (Line Trunk Grup), SN (Switching Network), CCNC (Common Cannel Network Controller), CP (Coordination Processor). (Lihat Gambar A, dimana bagian yang ber-raster dianggap mula-mula belum ada).

Pada Gambar A terlihat bahwa STDI melakukan pengendalian proces secarra terdistribusi. Pensinyalan dan pemanggilan proses (call processing) dilakukan oleh prosedur di LTG. Sedangkan untuk operasi, pemeliharaan, dan database dilakukan oleh CP. Unit LTG dan CP ini bekerja sama dalam pengaturan komunikasi melalui Switching Network (SN).

Sementara itu untuk melaksanakan pensinyalan antar sentral, khususnya lapisan 1, 2 dan 3 dari protokol OSI (Open System Interconnection) dilakukan oleh CCNC. Untuk lapisan 4 (seperi telephone user part, atau ISDN user part) dilakukan oleh LTG.

DLU adalah unit konsentrator yang paling dekat dengan pelanggan. Alat ini menghubungkan sentral dengan pelanggan melalui LTG dibawa oleh sebuah atau dua primary digital carriers. Konversi sinyal analog dilakukan pada sisi ini guna mendukung kompatibilitas dengan pesawat telepon model lama. Modul konvensi yanag dipasang pada unit DLU ini disebut SLMA (Subscriber Line Module Analog).

Konsep ISDN adalah menyediakan jaringan digital antar pelanggan end-to-end (dari ujung ke ujung). Gambar B menjelaskan beda antara jaringan telepon yang sudah digital dengan jaringan ISDN, yang mana keseluruhan proses untuk komunikasi ISDN telah digital.

Sedangkan pada jaringan telepon digital, terdapat bagian analog pada sisi pelanggan. Dengan menambahkan sebuah konverter dari analog ke digital (A/D) dan dari digital ke analog ke digital (D/A) peralatan analog yang dimiliki pelanggan dapat berkomunikasi melalui sentral digital, dengan cara digitalisasi pada bagian pelanggan ini maka STDI berkembang ke arah JDPT.

Untuk mengubah STDI menjadi JDPT masih perlu ditambahkan beberapa modul dan sistem pensinyalan yang mendukung. Untuk pensinyalan antar sentral telepon ditentukan pensinyalan yang disebut Common Cannel Signalling (CCS) System No.7. Dengan digitalisasi dan model pensinyalan yang baru, maka siaplah diimplementasikan konsep ISDN ini.
Mekanisme Pelayanan
Dikenal dua macam cara untuk akses ke JDPT yaitu Basic Access (micro access) dan Primary Access (macro access).

Basic Access memiliki dua kanal berkecepatan 64 Kbps, untuk transmisi suara, data, text, dan grafik. Kanal ini disebut sebagai D-Channel. Dengan demikian akan terdapat jaringan dengan kecepatan (64 Kbps x 2) + 16 Kbps = 144 Kbps.

Simak kembali Gambar A. Terlihat bahwa terdapat bagian blok yang beraster. Bagian-bagian tersebut merupakan alat-alat yang ditambahkan pada STDI agar berfungsi menjadi JDPT. Dengan menambahkan modul SLMD (Subscriber Line Module Digital) dalam DLU, Basic Access JDPT dapat diaplikasi dalam STDI.

Dalam segi hardware, Basic Access mengenal dua macam interface yaitu U-Interfaace yang terpasang di antara sentral dan transmisi jaringan (Network Termination,NT) dan S-Interface yang terpasang di antara NT dan terminal pelanggan (lihat gambar C).

Dalam prakteknya, Basic Access masih menggunakan dua kawat tembaga sebagai kanal transmisi yang menghubungkan DLU dengan NT (bagian U-Interface). Tent ini merupakan penghematan yang sangat besar, sebab tidak ada pergantian struktur transmisi jaringan telepon yang sudah ada saat ini dan telah dipakai secara meluas.

Peralatan NT sendiri ditempatkan di rumah pelanggan dan memerlukan catu daya listrik untuk mengaktifkannya. Beberapa perusahaan mitra dari mancanegara yang turut berkiprah dalam proyek STDI telah siap dengan produk NT-nya.

Pada sisi pelanggan (bagian S-Interface), dipakai 4 buah kawat passive bus dengan panjang maksimal 150 m dan menggunakan ISDN socket. Terminal yang terhubung dapat mencapai maksimal delapan perangkat berbasisi teknologi ISDN. Tidak menutup kemungkinan terminal konvensional masih dapat dihubungkan ke NT melalui peralatan Terminal Adapter (TA). Disinilah letak keluwesan ISDN, masih bisa menggunakan telepon analog, maupun peralatan lain non-ISDN.

Primary Access terdiri atas 30 atau 23 B-Channel dan sebuah D-Channel 64 Kbps/detik dan dikenal dengan PCM30/PCM23. Pelanggan PABX (Privat Automatic Branch Exchange) dapat mempergunakan Primary Access, yaitu lembaga yang memerlukan komunikasi dengan transmisi berkecepatan tinggi. Kecepatan akses data melalui Primary Access bisa mencapai (30 x 64 Kbps) + 64 Kbps = 2 Mbps untuk PCM30 atau (23 x 64 Kbps) + 64 Kbps = 1,5 Mbps untuk PCM23.

Peralatan tambahan lainnya yang diperlukan untuk mengembangkan STDI ke arah JDPT yaitu Service Module yang digunakan untuk berhubungan dengan pelayanan khusus seperi database, jaringan data, atau text konvensional. Di samping peralatan hardware, penggantian software perlu dilaksanakan juga untuk menambah fungsi-fungsi baru pelayanan ISDN.
Masa Depan
Tidak bisa dipungkiri bahwa para ahli di dunia sekarang sudah menemukan dan memperkenalkan teknik komunikasi yang lebih canggih, seperti pengembangan NISDN menjadi BISDN (Broadband ISDN) yang menyediakan lebar jalur yang lebih lebar untuk komunikasi, dari sekedar layanan telepon suara sampai gambar bergerak (video).

Teknologi ini menawarkan kecepatan transfer data sampai 100 Mbps (Mega Bit per detik). Disampaing itu telah dikembangkan pula teknik transfer data ATM (Asyncronous Transfer Mode) yang sanggup mengirimkan data pada kecepatan 140 Mbps, yangmendukung perkembangan ke arah Information Superhigway, semacam "jalan tol' lalu lintas komunikasi yang semakin padat itu.

Sekarang, kita wajib bersyukur dengan segera dibukanya layanan ISDN di Indonesia, yang kabarnya merupakan sumbangsih bidang Telkom kepada ibu pertiwi. Peresmiannya sendiri akan dilakukan pada saat ulang tahun kemerdekaan Indonesia yang ke-50.

Tent dengan segala pertimbangan yang sangat prinsipil, Indoensia akan mengikuti perkembangan bidang tertelekomunikasian dunia, sebagai manifestasik dari arah dan pandangan masa depan yang lebih baik.

Dengan segera diterapkannya layanan jaringan ISDN di Indoensia, paling tidak inilah salah satu wuduj nyata adaptaasi hasil perkembangan teknologi telekomunikasi yang canggih ini. q






Baca Selengkapnya......

Read Users' Comments (0)

Pengertian ATM

Dhi_qie
19.35

Kartu ATM adalah kartu khusus yang diberikan oleh bank kepada pemilik rekening, yang dapat digunakan untuk bertransaksi secara elektronis atas rekening tersebut. Pada saat kart digunakan bertransaksi, akan langsung mengurangi dana yang tersedia pada rekening.

Apabila digunakan untuk bertransksi di mesin ATM, maka kartu tersebut dikenal sebagai kartu ATM. Namun apabila digunakan untuk bertransaksi pembayaran dan pembelanjaan non-tunai dengan menggunakan mesin EDC (Electronic Data Capture), maka kartu tersebut dikenal sebagai Kartu Debit.
Jakarta (ANTARA News) - Kasus kejahatan di anjungan tunai mandiri (ATM/automatic teller machine) kerap terjadi dengan nilai kerugian hingga puluhan juta rupiah untuk satu kali kasus.

Kasus terakhir menimpa ATM BCA yang berada di salah satu minimarket di Jalan Semanan Raya, Kalideras, Jakarta Barat, 9 Juni 2009 sekitar pukul 04.00 WIB.

Kawanan perampok membobol ATM hingga menyebabkan Rp30 juta uang hilang.

Sebelum beraksi, para penjahat ini terlebih dulu melumpuhkan penjaga minimarket dengan senjata tajam bahkan diikat agar tidak melawan.

Dalam hitungan sekian menit, brankas ATM berisi uang Rp30 juta dapat diangkut ke dalam mobil para tersangka.

Penyidik Madya Badan Reserse Kriminal Polri AKBP Agus Wantoro dalam satu seminar tentang kejahatan ATM, di Bogor, akhir pekan lalu mengatakan, kejahatan ATM dengan modus membobol brankas paling sering terjadi, selain modus-modus lainnya.

"Kasus yang sama terjadi pada 8 April 2009 ketika perampok menjebol ATM Bank Mandiri di Jalan Margonda Depok," katanya.

Agus mengatakan, dari modus operandinya, kejahatan ATM dapat digolongkan menjadi dua yakni ATM sebagai sasaran dan ATM sebagai media kejahatan.

Kasus ATM sebagai sasaran tidak saja menimpa mesin ATM langsung tapi juga terjadi pada kendaraan yang membawa uang untuk mengisi ATM seperti yang terjadi di Jalan Panjaitan, Jakarta Timur, 8 Oktober 2009.


Modul lain yakni menjebol mesin ATM dengan terlebih dulu merusak CCTV seperti yang terjadi di supermarket Carrefour, Surabaya, 4 April 2009.

Sedangkan kejahatan dengan memanfaatkan media ATM sebagai lebih banyak lagi modus operandinya, bahkan dengan menggunakan teknologi canggih.

Penipuan undian berhadiah cukup sering terjadi dengan menggunakan sarana ATM yakni meminta calon korban untuk mengirimkan uang lewat ATM dengan dalih sebagai biaya administrasi.

Kasus lain adalah memasukkan korek api atau lem ke tempat masuk kartu ATM hingga mengakibatkan kartu ATM tidak bisa keluar usai dipakai.

"Begitu ATM tidak keluar, orang langsung panik hingga situasi ini dimanfaatkan para penjahat dengan pura-pura memberikan bantuan, padahal sebenarnya ingin mengambil uang di dalam ATM saja dengan memafaatkan kelengahan orang," kata Agus.

Mereka juga menggunakan kamera kecil dengan menaruhnya di dalam mesin untuk mengetahui nomor PIN.

Jika ada ATM tertahan di dalam karena diganjal dengan lem maka penjahat akan pura-pura membantu, padahal dia sebenarnya mentransfer uang dengan PIN yang terekam dalam kamera tersembunyi.

Data di Bank Mandiri menunjukkan, berbagai permasalahan di ATM (baik pengrusakan maupun kejahatan lainnya) meningkat dalam beberapa tahun terakhir ini.

Tahun 2006, bank terbesar di Indonesia itu hanya mengalami 12 kali kejahatan di mesin ATM, namun di tahun 2007 naik drastis 72 kasus, tahun 2008 menjadi 93 kasus. Hingga April 2009, permasalahan di ATM telah mencapai 55 kasus.

Agus menilai, kasus kejahatan di ATM sebenarnya dapat ditekan jika saja pihak bank berkoordinasi dengan kepolisian sebelum menentukan lokasi mesin ATM.

"Rasa-rasanya nggak ada bank yang konsultasi dengan kepolisian sebelum memasang mesin ATM. Bank malah koodinasi dengan Pak Camat," katanya.

Dengan koordinasi dengan kepolisian, maka pihak bank akan dapat menentukan lokasi mana yang rawan kejahatan dan mana yang punya tingkat keamanan.

"Jangankan lokasi, posisi mesin ATM juga menentukan lokasi keamanan. Yang berada di pojok tentunya lebih tidak aman dibandingkan dengan yang dekat dengan pos Satpam. Hal semacam ini jarang menjadi perhatian pihak bank," katanya.

Enggan Melapor

Praktisi hukum TM Mangungsong mengatakan, masyarakat yang menjadi korban kejahatan di ATM banyak enggan melapor ke polisi karena berbagai hal.

"Dengan melapor ke polisi, maka kasusnya akan lebih mudah diungkap selain sebagai laporan untuk perbaikan sisten keamanan," katanya.

Menurut dia, masyarakat cenderung enggan melapor karena kurang percaya pada polisi, sebab tidak yakin kasus yang menimpanya akan dapat ditangani.

"Padahal dengan adanya laporan maka polisi bisa melakukan analisa kasus untuk mengungkap kasus. Hal ini yang belum dipahami masyarakat," katanya.

Selain itu masyarakat umumnya malu melapor ke polisi setelah menjadi korban penipuan lewat ATM.

"Sebagian besar penipuan lewat ATM biasanya kurang dari Rp10 juta dan korbannya adalah masyarakat kelas bawah," katanya.

Namun ada juga yang enggan melapor dan memilih menulis surat untuk dimuat media massa, milis atau laman pribadi.

Cara ini anggap lebih cocok sebagai sarana "curhat" dibandingkan dengan lapor ke polisi.

Audit Keamanan

Penyidik Madya Badan Reserse Kriminal Polri AKBP Agus Wantoro mengatakan, melihat tingginya angka kejahatan di mesin ATM maka sudah selayaknya dilakukan audit keamanan ATM dari segala aspek.

Kendati belum ada aturan yang baku soal audit ini namun hal itu perlu segera diwujudkan agar keamanan di sekitar mesin ATM meningkat dan tidak menjadi obyek dan sarana kesehatan.

"Pernahkan ada bank yang melakukan audit keamanan? Saya juga tidak tahu ada atau tidak. Teman-teman saya di bank juga mengatakan bahwa belum pernah melakukan audit keamanan," katanya.

Seadainya nanti ada audit, terus siapa yang berhak melakukan dan paramater apa yang akan digunakan hingga dikatakan bahwa ATM itu aman dari kejahatan.

Ketua Yayasan Lembaga Konsumen (YLKI) Sudaryatmo menyambut baik adanya audit keamanan itu. Dalam kasus kejahatan bank, katanya, masyarakat berada di posisi lemah karena sebagian barang bukti dimiliki bank.

"Masalahnya adalah, jika sudah ada audit tapi masyarakat tetap menjadi korban kejahatan di bank, terus siapa yang bertanggung jawab. Pihak bank atau pihak yang memberikan audit. Jangan-jangan posisi masyarakat tetap lemah," katanya.

Kendati hingga kini belum ada aturan yang baku soal audit keamanan, namun pihak bank sudah seharusnya melakukan audit secara internal agar kasus kejahatan di ATM tidak berkurang. (*)



Baca Selengkapnya......

Read Users' Comments (0)

Dhi_qie
22.25

Frame relay
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Artikel bertopik teknologi informasi ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia
Merapikan artikel bisa berupa membagi artikel ke dalam paragraf atau wikifikasi artikel. Setelah dirapikan, tolong hapus pesan ini.

Frame Relay adalah protokol packet-switching yang menghubungkan perangkat-perangkat telekomunikasi pada satu Wide Area Network (WAN).[1] Protokol ini bekerja pada lapisan Fisik dan Data Link pada model referensi OSI.[2] Protokol Frame Relay menggunakan struktur Frame yang menyerupai LAPD, perbedaannya adalah Frame Header pada LAPD digantikan oleh field header sebesar 2 bita pada Frame Relay.

Daftar isi [sembunyikan]
1 Keuntungan Frame Relay
2 Standarisasi Frame Relay
3 Format Frame Relay
3.1 Flags
3.2 Address
3.3 Data
3.4 Frame Check Sequence
4 Sirkuit Virtual
4.1 Permanent Virtual Circuit (PVC)
4.2 Switched Virtual Circuit (SVC)
5 Catatan
6 Pranala luar


[sunting] Keuntungan Frame Relay
Frame Relay menawarkan alternatif bagi teknologi Sirkuit Sewa lain seperti jaringan X.25 dan sirkuit Sewa biasa. Kunci positif teknologi ini adalah:[3]

Sirkuit Virtual hanya menggunakan lebar pita saat ada data yang lewat di dalamnya, banyak sirkuit virtual dapat dibangun secara bersamaan dalam satu jaringan transmisi.
Kehandalan saluran komunikasi dan peningkatan kemampuan penanganan error pada perangkat-perangkat telekomunikasi memungkinkan protokol Frame Relay untuk mengacuhkan Frame yang bermasalah (mengandung error) sehingga mengurangi data yang sebelumnya diperlukan untuk memproses penanganan error.
[sunting] Standarisasi Frame Relay
Proposal awal mengenai teknologi Frame Relay sudah diajukan ke CCITT semenjak tahun 1984, namun perkembangannya saat itu tidak signifikan karena kurangnya interoperasi dan standarisasi dalam teknologi ini. Perkembangan teknologi ini dimulai di saat Cisco, Digital Equipment Corporation (DEC), Northern Telecom, dan StrataCom membentuk suatu konsorsium yang berusaha mengembangkan frame relay. Selain membahas dasar-dasar protokol Frame Relay dari CCITT, konsorsium ini juga mengembangkan kemampuan protokol ini untuk berinteroperasi pada jaringan yang lebih rumit. Kemampuan ini di kemudian hari disebut Local Management Interface (LMI).[4]


[sunting] Format Frame Relay

Struktur Frame pada Frame RelayFormat Frame Relay terdiri atas bagian-bagian sebagai berikut:[5]

[sunting] Flags
Membatasi awal dan akhir suatu frame. Nilai field ini selalu sama dan dinyatakan dengan bilangan hexadesimal 7E atau 0111 1110 dalam format biner. Untuk mematikan bilangan tersebut tidak muncul pada bagian frame lainnya, digunakan prosedur Bit-stuffing dan Bit-destuffing.

[sunting] Address
Terdiri dari beberapa informasi:

Data Link Connection Identifier (DLCI), terdiri dari 10 bita, bagian pokok dari header Frame Relay dan merepresentasikan koneksi virtual antara DTE dan Switch Frame Relay. Tiap koneksi virtual memiliki 1 DLCI yang unik.
Extended Address (EA), menambah kemungkinan pengalamatan transmisi data dengan menambahkan 1 bit untuk pengalamatan
C/R, menentukan apakah frame ini termasuk dalam kategori Perintah (Command) atau Tanggapan (Response)
FECN (Forward Explicit Congestion Notification), indikasi jumlah frame yang dibuang karena terjadinya kongesti di jaringan tujuan
BECN (Backward Explicit Congestion Notification), indikasi jumlah frame yang mengarah ke switch FR tersebut tetapi dibuang karena terjadinya kongesti di jaringan asal
Discard Eligibility, menandai frame yang dapat dibuang jika terjadi kongesti di jaringan
[sunting] Data
Terdiri dari data pada layer di atasnya yang dienkapsulasi. Tiap frame yang panjangnya bervariasi ini dapat mencapai hingga 4096 oktet.

[sunting] Frame Check Sequence
Bertujuan untuk memastikan integritas data yang ditransmisikan. nilai ini dihitung perangkat sumber dan diverifikasi oleh penerima.

[sunting] Sirkuit Virtual

2 jenis sirkit dalam Frame Relay: Switched Virtual Circuit dan Permanent Virtual CircuitFrame pada Frame Relay dikirimkan ke tujuannya dengan menggunakan sirkit virtual (jalur logikal dalam jaringan). Sirkit Virtual ini bisa berupa Sirkit Virtual Permanen (Permanent Virtual Circuit / PVC), atau Sirkit Virtual Switch (Switched Virtual Circuit / SVC).

[sunting] Permanent Virtual Circuit (PVC)
PVC adalah koneksi yang terbentuk untuk menghubungkan 2 peralatan secara terus menerus tanpa memperhitungkan apakah sedang ada komunikasi data yang terjadi di dalam sirkit tersebut. PVC tidak memerlukan proses pembangunan panggilan seperti pada SVC dan memiliki 2 status kerja:

Data Transfer, pengiriman data sedang terjadi dalam sirkit
Idle, koneksi antar titik masih aktif tapi tidak ada data yang dikirimkan dalam sirkit
[sunting] Switched Virtual Circuit (SVC)
SVC adalah koneksi sementara yang terbentuk hanya pada kondisi dimana pengiriman data berlangsung. Status-status dalam koneksi ini adalah:

Call Setup, hubungan antar perangkat sedang dibangun
Data Transfer, data dikirimkan antar perangkat dalam sirkit virtual yang telah dibangun
Idle, ada koneksi aktif yang telah terbentuk, tetapi tidak ada data yang lewat di dalamnya
Call Termination, pemutusan hubungan antar perangkat, terjadi saat waktu idle melebihi patokan yang ditentukan
[sunting] Catatan
^ Protocols.com, [1]
^ doc/frame.htm#wp1020562 Cisco.com
^ Protocols.com
^ doc/frame.htm#wp1020562 Cisco.com
^ William Stallings, Komunikasi Data dan Komputer: Dasar-dasar Komunikasi, Salemba Teknika, Jakarta, 2001
[sunting] Pranala luar
(en) Frame Relay Forum
(en) Frame Relay di Cisco
Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Frame_relay"
Kategori: Istilah teknologi informasi dalam bahasa Inggris | Protokol lapisan koneksi data | Protokol jaringan
Kategori tersembunyi: Artikel yang perlu dirapikan | Artikel yang perlu diperbaiki bertopik teknologi informasiTampilanHalaman Pembicaraan Sunting ↑Versi terdahulu Peralatan pribadiCoba Beta Masuk log / buat akun Cari
Navigasi
Halaman Utama
Perubahan terbaru
Peristiwa terkini
Halaman sembarang
Komunitas
Warung Kopi
Portal komunitas
Bantuan
wikipedia
Tentang Wikipedia
Pancapilar
Kebijakan
Menyumbang
Cetak/ekspor
Buat buku
Unduh sebagai PDF
Versi cetak
Kotak peralatan
Pranala balik
Perubahan terkait
Halaman istimewa
Pranala permanen
Kutip halaman ini
Bahasa lain
العربية
Azərbaycan
Bosanski
Česky
Deutsch
English
Español
Euskara
فارسی
Suomi
Français
עברית
Hrvatski
Italiano
日本語
한국어
Македонски
Nederlands
Polski
Português
Română
Русский
Svenska
ไทย
Українська
中文



Baca Selengkapnya......

Read Users' Comments (0)

WIMAX

Dhi_qie
18.22

WiMax adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan standar dan implementasi yang mampu beroperasi berdasarkan jaringan nirkabel IEEE 802.16, seperti WiFi yang beroperasi berdasarkan standar Wireless LAN IEEE802.11. Namun, dalam implementasinya WiMax sangat berbeda dengan WiFi.

Yang membedakan WiMAX dengan Wi-Fi adalah standar teknis yang bergabung di dalamnya. Jika WiFi menggabungkan standar IEEE 802.11 dengan ETSI (European Telecommunications Standards Intitute) HiperLAN sebagai standar teknis yang cocok untuk keperluan WLAN, sedangkan WiMAX merupakan penggabungan antara standar IEEE 802.16 dengan standar ETSI HiperMAN.

Standar keluaran IEEE banyak digunakan secara luas di daerah asalnya, Amerika, sedangkan standar keluaran ETSI meluas penggunaannya di daerah Eropa dan sekitarnya. Untuk membuat teknologi ini dapat digunakan secara global, maka diciptakanlah WiMAX. Kedua standar yang disatukan ini merupakan standar teknis yang memiliki spesifikasi yang sangat cocok untuk menyediakan koneksi berjenis broadband lewat media wireless atau BWA.

Pada WiFi, sebagaimana OSI Layer, adalah standar pada lapis kedua, dimana Media Access Control (MAC) menggunakan metode akses kompetisi, yaitu dimana beberapa terminal secara bersamaan memperebutkan akses. Sedangkan MAC pada WiMax menggunakan metode akses yang berbasis algoritma penjadualan (scheduling algorithm). Dengan metode akses kompetisi, maka layanan seperti Voice over IP atau IPTV yang tergantung kepada Kualitas Layanan (Quality of Service) yang stabil menjadi kurang baik. Sedangkan pada WiMax, dimana digunakan algoritma penjadualan, maka bila setelah sebuah terminal mendapat garansi untuk memperoleh sejumlah sumber daya (seperti timeslot), maka jaringan nirkabel akan terus memberikan sumber daya ini selama terminal membutuhkannya.

Standar WiMax pada awalnya dirancang untuk rentang frekuensi 10 s.d. 66 GHz. 802.16a, diperbaharui pada 2004 menjadi 802.16-2004 (dikenal juga dengan 802.16d) menambahkan rentang frekuensi 2 s.d. 11 GHz dalam spesifikasi. 802.16d dikenal juga dengan fixed WiMax, diperbaharui lagi menjadi 802.16e pada tahun 2005 (yang dikenal dengan mobile WiMax) dan menggunakan orthogonal frequency-division multiplexing (OFDM) yang lebih memiliki skalabilitas dibandingkan dengan standar 802.16d yang menggunakan OFDM 256 sub-carriers. Penggunaan OFDM yang baru ini memberikan keuntungan dalam hal cakupang, instalasi, konsumsi daya, penggunaan frekuensi dan efisiensi pita frekuensi. WiMax yang menggunakan standar 802.16e memiliki kemampuan hand over atau hand off, sebagaimana layaknya pada komunikasi selular.

Banyaknya institusi yang tertarik atas standar 802.16d dan .16e karena standar ini menggunakan frekuensi yang lebih rendah sehingga lebih baik terhadap redaman dan dengan demikian memiliki daya penetrasi yang lebih baik di dalam gedung. Pada saat ini, sudah ada jaringan yang secara komersial menggunakan perangkat WiMax bersertifikasi sesuai dengan standar 802.162.

Spesifikasi WiMax membawa perbaikan atas keterbatasan-keterbatasan standar WiFi dengan memberikan lebar pita yang lebih besar dan enkripsi yang lebih bagus. Standar WiMax memberikan koneksi tanpa memerlukan Line of Sight (LOS) dalam situasi tertentu. Propagasi Non LOS memerlukan standar .16d atau revisi 16.e, karena diperlukan frekuensi yang lebih rendah. Juga, perlu digunakan sinyal muli-jalur (multi-path signals), sebagaimana standar 802.16n.

Banyak keuntungan yang didapatkan dari terciptanya standardisasi industri ini. Para operator telekomunikasi dapat menghemat investasi perangkat, karena kemampuan WiMAX dapat melayani pelanggannya dengan area yang lebih luas dan tingkat kompatibilitas lebih tinggi. Selain itu, pasarnya juga lebih meluas karena WiMAX dapat mengisi celah broadband yang selama ini tidak terjangkau oleh teknologi Cable dan DSL (Digital Subscriber Line).

WiMAX salah satu teknologi memudahkan mereka mendapatkan koneksi Internet yang berkualitas dan melakukan aktivitas. Sementara media wireless selama ini sudah terkenal sebagai media yang paling ekonomis dalam mendapatkan koneksi Internet. Area coverage-nya sejauh 50 km maksimal dan kemampuannya menghantarkan data dengan transfer rate yang tinggi dalam jarak jauh, sehingga memberikan kontribusi sangat besar bagi keberadaan wireless MAN dan dapat menutup semua celah broadband yang ada saat ini. Dari segi kondisi saat proses komunikasinya, teknologi WiMAX dapat melayani para subscriber, baik yang berada dalam posisi Line Of Sight (posisi perangkat-perangkat yang ingin berkomunikasi masih berada dalam jarak pandang yang lurus dan bebas dari penghalang apa pun di depannya) dengan BTS maupun yang tidak memungkinkan untuk itu (Non-Line Of Sight). Jadi di mana pun para penggunanya berada, selama masih masuk dalam area coverage sebuah BTS (Base Transceiver Stations), mereka mungkin masih dapat menikmati koneksi yang dihantarkan oleh BTS tersebut.

Selain itu, dapat melayani baik para pengguna dengan antena tetap (fixed wireless) misalnya di gedung-gedung perkantoran, rumah tinggal, toko-toko, dan sebagainya, maupun yang sering berpindah-pindah tempat atau perangkat mobile lainnya. Mereka bisa merasakan nikmatnya ber-Internet broadband lewat media ini. Sementara range spektrum frekuensi yang tergolong lebar, maka para pengguna tetap dapat terkoneksi dengan BTS selama mereka berada dalam range frekuensi operasi dari BTS.

Sistem kerja MAC-nya (Media Access Control) yang ada pada Data Link Layer adalah connection oriented, sehingga memungkinkan penggunanya melakukan komunikasi berbentuk video dan suara. Siapa yang tidak mau, ber-Internet murah, mudah, dan nyaman dengan kualitas broadband tanpa harus repot-repot. Anda tinggal memasang PCI card yang kompatibel dengan standar WiMAX, atau tinggal membeli PCMCIA (Personal Computer Memory Card International Association) yang telah mendukung komunikasi dengan WiMAX. Atau mungkin Anda tinggal membeli antena portabel dengan interface ethernet yang bisa dibawa ke mana-mana untuk mendapatkan koneksi Internet dari BTS untuk fixed wireless.

Sumber : wikipedia, bang google

Baca Selengkapnya......

Read Users' Comments (0)

Cara membuat Router dengan Linux red hat 9.0

Dhi_qie
21.44

Rate This
Quantcast

Pertama yang harus di lakukan adalah mensetting serv(gateway utama) supaya bisa terhubung ke internet

Sebelum Mensetting :
1.Minta IP public ke ISP lengkap dengan netmask,broadcast dan dns nya
misalnya :
IP: 202.169.229.25
GATEWAY : 202.169.229.1
Nemast: 255.255.255.192
broadcast : 202.192.224.63
DNS1: 202.169.224.3
DNS2: 202.169.224.4

2.Menentukan IP local yang akan kita gunakan buat client

Setting IP serv :
1.[root@serv root]$ vi /etc/sysconfig/network
lalu isi dengan :

NETWORKING=yes
HOSTNAME=serv.domain.com
GATEWAY=202.169.229.1

lalu simpan dengan menekan :wq

2.Menconfigurasi IP eth0(default)

[root@serv root]$ vi /etc/sysconfig/network-scripts/ifcfg-eth0
lalu isi dengan :

DEVICE=eth0
BOOTPROTO=static
IPADDR=202.169.229.25
BROADCAST=202.169.229.63
NETMASK=255.255.255.192
ONBOOT=yes
USERCTL=no

lalu simpan dengan menekan :wq

3.Setting dns resolve

[root@serv root]$ vi /etc/resolve.conf
lalu isi dengan nameserver dari isp kita tadi :

nameserver 202.169.224.3
nameserver 202.169.224.4

lalu simpan dengan menekan :wq

4.Setting ip_forwarding

[root@serv cachak]$ vi /etc/sysctl.conf

rubah net.ipv4.ip_forward = 0 menjadi net.ipv4.ip_forward = 1
atau kalau gak ada net.ipv4.ip_forward = 0 tambahin net.ipv4.ip_forward = 1

simpan dengan menekan :wq

5.restart network
[root@serv cachak]$ /etc/init.d/network restart
Shutting down interface eth0: [ OK ]
Shutting down loopback interface: [ OK ]
Disabling IPv4 packet forwarding: [ OK ]
Setting network parameters: [ OK ]
Bringing up loopback interface: [ OK ]
Bringing up interface eth0: [ OK ]

[root@www root]#chkconfig –level 2345 network on
[root@www root]#

6.testing dengan ping ke default gateway 202.169.229.1

[root@serv root]$ ping 202.159.121.1
Pinging 202.169.229.1 with 32 bytes of data:
Reply from 202.169.229.1: bytes=32 time=10ms TTL=63
Reply from 202.169.229.1: bytes=32 time=10ms TTL=63
Reply from 202.169.229.1: bytes=32 time=10ms TTL=63
Reply from 202.169.229.1: bytes=32 time=10ms TTL=63

Ping statistics for 202.169.229.1:
Packets: Sent = 4, Received = 4, Lost = 0 (0% loss),
Approximate round trip times in milli-seconds:
Minimum = 10ms, Maximum = 10ms, Average = 10ms

7.testing untuk ngeping google.com untuk ngecek dns nya
kalau muncul :
PING google.com (216.239.39.99) 56(84) bytes of data.
berarti dns kita untuk serv dah bekerja, tapi kalau muncul :
ping: unknown host google.com
berarti dns yang kita isikan di /etc/resolve.conf masih salah,silahkan cek lagi ke ISP nya )

nah bereskan sudah setting IP untuk serv nya )
supaya serv ini bisa sekaligus di gunakan sebagai ns server oleh client maka harus di install daemon bind atau daemon nameserver yang lain
atau kalau sudah ada tinggal hidupin Bind nya

[root@www root]# /etc/init.d/named restart
Stopping named: [ OK ]
Starting named: [ OK ]
[root@www root]#chkconfig –level 2345 named on
[root@www root]#

misalnya ip ke client adalah :
192.168.0.1/24
IP : 192.168.0.1
netmask : 255.255.255.0
broadcast : 192.168.0.255
RANGE IP CLIENT : 192.168.0.2-192.168.0.254

Setting ip untuk eth1 (yang ke client)
1.memberi IP 192.168.0.1 di eth1
[root@serv cachak]$ vi /etc/sysconfig/network-scripts/ifcfg-eth1
lalu isi dengan :

DEVICE=eth1
BOOTPROTO=static
IPADDR=192.168.0.1
NETMASK=255.255.255.0
BROADCAST=192.168.0.255
ONBOOT=yes
USERCTL=no

lalu simpan dengan menekan :wq

2.Restart networknya

[root@serv root]$ /etc/init.d/network restart
Shutting down interface eth0: [ OK ]
Shutting down interface eth1: [ OK ]
Shutting down loopback interface: [ OK ]
Disabling IPv4 packet forwarding: [ OK ]
Setting network parameters: [ OK ]
Bringing up loopback interface: [ OK ]
Bringing up interface eth0: [ OK ]
Bringing up interface eth1: [ OK ]

3.Testing dengan cara ping ip eth1
[root@serv cachak]$ ping 192.168.0.1
PING 192.168.0.1 (192.168.0.1) 56(84) bytes of data.
64 bytes from 192.168.0.1: icmp_seq=1 ttl=63 time=0.356 ms
64 bytes from 192.168.0.1: icmp_seq=2 ttl=63 time=0.269 ms
64 bytes from 192.168.0.1: icmp_seq=3 ttl=63 time=0.267 ms
64 bytes from 192.168.0.1: icmp_seq=4 ttl=63 time=0.268 ms

— 192.168.0.1 ping statistics —
4 packets transmitted, 4 received, 0% packet loss, time 2997ms
rtt min/avg/max/mdev = 0.267/0.290/0.356/0.038 ms

Tinggal Setting IP computer client dengan ketentuan di bawah ini :

IP: 192.168.0.2 – 192.168.0.254
GATEWAY: 192.168.0.1
NETMASK: 255.255.255.0
BROADCAST: 192.168.0.255
NAMESERVER: 192.168.0.1

misal :

Client01
===============================
IP: 192.168.0.2
GATEWAY: 192.168.0.1
NETMASK: 255.255.255.0
BROADCAST: 192.168.0.255
NAMESERVER: 192.168.0.1

Client02
===============================
IP: 192.168.0.3
GATEWAY: 192.168.0.1
NETMASK: 255.255.255.0
BROADCAST: 192.168.0.255
NAMESERVER: 192.168.0.1

dan seterusnya sesuai banyaknya client,yang berubah hanya IP
untuk client windows maka setting IP di bagian Start Menu/Setting/Control Panel/Network

setelah di setting ip client, maka coba ping ke 192.168.0.1 dari client,kalau berhasil berarti client dan serv nya sudah tersambung.

Setting serv supaya client bisa internat dengan menggunakan NAT

1.Matikan iptablesnya

[root@serv root]# /etc/init.d/iptables stop
Flushing all chains: [ OK ]
Removing user defined chains: [ OK ]
Resetting built-in chains to the default ACCEPT policy: [ OK ]
[root@serv root]#

2.Tambahkan iptables untuk Source NAt sesuai dengan ip di eth0
[root@serv root]# /sbin/iptables -t nat -A POSTROUTING -o eth0 -s 192.168.0.0/24 -j SNAT –to-source 202.159.121.2
[root@serv root]# /sbin/iptables-save > /etc/sysconfig/iptables
[root@serv root]# /etc/init.d/iptables restart
Flushing all current rules and user defined chains: [ OK ]
Clearing all current rules and user defined chains: [ OK ]
Applying iptables firewall rules: [ OK ]

Baca Selengkapnya......

Read Users' Comments (0)

Jaringan Komputer 2

Dhi_qie
20.49

Menghubungkan 2 Komputer dengan kabel Cross, atau biasa orang sebut Crossing...!, yaitu PC

ke PC atau LAN Card ke LAN Card tanpa menggunakan Hub atau Switch, bila sudah mengenal konfigurasi LAN dan TCP/IP maka cara menghubungkan 2 Komputer ini tak beda jauh dengan menghubungkan ke beberapa komputer dengan hub
-----------------------------------------------------------------------------------------------
Pada jaman perkembangan teknologi komputer yang sudah secanggih seperti sekarang ini di mana komputer sudah cukup pasaran seperti makanan ringan dan apa-apa sudah serba networking , apa-apa serba online bahkan kita bisa mengendalikan bisnis cukup dengan Laptop sambil tiduran di kamar. Maka menurut saya para pengguna komputer sedikit banyaknya perlu memahami masalah jaringan atau peng-koneksian antar PC tidak seperti jaman dulu di mana masalah teknis dan networking terbatas hanya di mengerti para IT atau Teknisi,

Jenis koneksi komputer yang secara umum di dukung oleh System-system Operasi versi terakhir saat ini ada 3 jenis yaitu:


- Infrared Connection - yaitu komputer-komputer yg akan di koneksikan harus mempunyai port infrared (IR), koneksi jenis ini banyak di manfaatkan oleh para pengguna komputer Laptop di mana umumnya laptop di dalamnya sudah terpasang port(IR).
- Direct Cable Connection - yaitu memanfaatkan port serial atau paralel yang ada di hampir semua komputer memakai kabel paralel atau serial. koneksi jenis ini jaman sekarang sudah jarang sekali di pakai.
- Ethernet - yaitu menggunakan Ethernet Card yang di pasang dan di install di PC serta kabel UTP sebagai perantara nya, Jenis koneksi yang inilah yang paling populer dan paling banyak di gunakan di mana-mana dari tingkat jaringan kecil sampai jaringan besar. ini yang akan saya bahas di sini.
Secara singkat dan simple nya untuk menghubungkan 2 komputer atau membuat suatu jaringan komputer kecil atau besar ada 2 hal pokok yang perlu di lakukan:
- Pertama menyiapkan perangkat penghubung koneksi seperti : kabel UTP, Hub atau switch, Router (bila di perlukan),...
- Kedua memberikan alamat TCP/IP di setiap Ethernet Card PC yang akan di hubungkan,
MENYIAPKAN PERANGKAT PENGHUBUNG
Menghubungkan 2 komputer langsung tanpa menggunakan hub atau switch dapat dengan mudah dilakukan dengan menyiapkan kabel UTP yang di pasang Connector RJ45 dengan susunan kabel cross, yang merupakan lawan dari kabel straight-through deng urutan sebagai berikut:
STRAIGHT
---------------------------
Kabel 1 Oranye - garis putih
Kabel 2 Oranye
Kabel 3 Hijau - garis putih
Kabel 4 Biru
Kabel 5 Biru - garis putih
Kabel 6 Hijau
Kabel 7 Coklat - garis putih
Kabel 8 Coklat
---------------------------
CROSS
---------------------------
Kabel1 Hijau - garis putih
Kabel 2 Hijau
Kabel 3 Oranye - garis putih
Kabel 4 Biru
Kabel 5 Biru - garis putih
Kabel 6 Oranye
Kabel 7 Coklat - garis putih
Kabel 8 Coklat






Kabel cross berbeda dengan kabel straight-through karena salah satu ujung yang memancarkandan menerima ditukar. Komputer yang terhubung ke hub biasanya menggunakan kabelstraight-through,

Jadi ujung pertama urutan standart (straight) dan pada ujung lainnya kabel pada urutan 1 ditukar 3, dan pada urutan 2 di tukar 6

Kabel 1 Menjadi 3
Kabel 2 Menjadi 6
Kabel 3 Menjadi 1
Kabel 4 Biru
Kabel 5 Biru - garis putih
Kabel 6 Menjadi 3
Kabel 7 Coklat - garis putih
Kabel 8 Coklat

Bila susunan kabel yang di perlukan sudah siap maka tinggal memasukan ke connector RJ45lalu di tekan dengan Crimp Tool...

MEMBERIKAN ALAMAT TCP/IP
Sebelum memberikan alamat TCP/IP tentu terlebih dahulu harus di pastikan Ethernet Card atau banyak juga menyebut LAN Card harus sudah terpasang dan ter-install Driver-nya di tiap PC yang akan di hubungkan. Mainboard generasi sekarang kebanyakan sudah ada Onboard Ethernet Card nya, bila belum ada bisa di beli dan di pasang serta di install Driver-nya.



Ok..untuk memberi TCP/IP sekarang kita ambil contoh pada konfigurasi menggunakan Win xp,untuk OS lain nya kurang lebih juga sama, yang penting kan logika-nya...!Klik -> start --> Setting --> Network Connections --> klik-kanan Local are Connections-->Properties --> pada jendela Local are Connections Properties : pilih --> Internet Protocol(TCP/IP) -->klik Tab Properties --> lalu pilih : Use the following IP address -->lalu isikan IP address kelas C, seperrti gambar di bawah ini:




Seperti gambar di atas IP address PC utama/Server adalah:
IP address:
192.168.0.1 (IP default dari OS Windows)
Subnet mask
255.255.255.0
default gateway:--di kosongkan aja untuk tahap ini--
IP address PC lain/client nya adalah:
IP address:
192.168.0.1 (IP default dari OS Windows)
Subnet mask
255.255.255.0
default gateway
192.168.0.1 ( Boleh juga di tidak di isi ,IP dari PC utama yang nantinya berguna untuk sharing internet)

Ok..sampai tahap ini bila kabel UTP dengan susunan Cross tadi sudah terpasang RJ45 sekarang tinggal mengetes koneksi, yaitu memasukan ujung-ujung Connector RJ45 ke masing-masing Ethernet Card di PC, lalu bisa di tes dengan cara menge-Ping nya dari menu Run-->klik-->Start--> Run--> ketik -->ping 192.168.0.1 (IP PC utama, yang di ping dari PC lainnya, atau kebalikannya), bila "Reply" maka koneksi "Sukses".....atau bisa juga di tes langsung melalui Sharing Files, Drive atau Folder...cara untuk sharing ini tentu mudah tinggal -->klik-kanan pada Drive atau folder yang akan di sharing-->Sharing and Security-->lalu pilih Options Sharing.

....Sampai di sini dulu tulisan Tutorial Jaringan Komputer Dasar ini, pada Posting

selanjutnya..akan saya bahas hal-hal lain dan pengembangannya yang berhubungan....

Semoga bermanfa'at...

From :http://free-7.blogspot.com/2007/06/menghubungkan-2-komputer.html



Baca Selengkapnya......

Read Users' Comments (0)

Subneting & PerhiTungan IP

Dhi_qie
12.44

Subneting & PerhiTungan IP


subnetrouter.JPGSubnetting adalah termasuk materi yang banyak keluar di ujian CCNA dengan berbagai variasi soal. Juga menjadi momok bagi student atau instruktur yang sedang menyelesaikan kurikulum CCNA 1 program CNAP (Cisco Networking Academy Program). Untuk menjelaskan tentang subnetting, saya biasanya menggunakan beberapa ilustrasi dan analogi yang sudah kita kenal di sekitar kita. Artikel ini sengaja saya tulis untuk rekan-rekan yang sedang belajar jaringan, yang mempersiapkan diri mengikuti ujian CCNA, dan yang sedang mengikuti pelatihan CCNA 1.Setelah selesai membaca ini, silakan lanjutkan dengan artikel Penghitungan Subnetting, Siapa Takut?.

Sebenarnya subnetting itu apa dan kenapa harus dilakukan? Pertanyaan ini bisa dijawab dengan analogi sebuah jalan. Jalan bernama Gatot Subroto terdiri dari beberapa rumah bernomor 01-08, dengan rumah nomor 08 adalah rumah Ketua RT yang memiliki tugas mengumumkan informasi apapun kepada seluruh rumah di wilayah Jl. Gatot Subroto.

jalan.jpg

Ketika rumah di wilayah itu makin banyak, tentu kemungkinan menimbulkan keruwetan dan kemacetan. Karena itulah kemudian diadakan pengaturan lagi, dibuat gang-gang, rumah yang masuk ke gang diberi nomor rumah baru, masing-masing gang ada Ketua RTnya sendiri-sendiri. Sehingga ini akan memecahkan kemacetan, efiesiensi dan optimalisasi transportasi, serta setiap gang memiliki previledge sendiri-sendiri dalam mengelola wilayahnya. Jadilah gambar wilayah baru seperti di bawah:

gang.jpg

Konsep seperti inilah sebenarnya konsep subnetting itu. Disatu sisi ingin mempermudah pengelolaan, misalnya suatu kantor ingin membagi kerja menjadi 3 divisi dengan masing-masing divisi memiliki 15 komputer (host). Disisi lain juga untuk optimalisasi dan efisiensi kerja jaringan, karena jalur lalu lintas tidak terpusat di satu network besar, tapi terbagi ke beberapa ruas-ruas gang. Yang pertama analogi Jl Gatot Subroto dengan rumah disekitarnya dapat diterapkan untuk jaringan adalah seperti NETWORK ADDRESS (nama jalan) dan HOST ADDRESS (nomer rumah). Sedangkan Ketua RT diperankan oleh BROADCAST ADDRESS (192.168.1.255), yang bertugas mengirimkan message ke semua host yang ada di network tersebut.

network.jpg

Masih mengikuti analogi jalan diatas, kita terapkan ke subnetting jaringan adalah seperti gambar di bawah. Gang adalah SUBNET, masing-masing subnet memiliki HOST ADDRESS dan BROADCAST ADDRESS.

subnet.jpg

Terus apa itu SUBNET MASK? Subnetmask digunakan untuk membaca bagaimana kita membagi jalan dan gang, atau membagi network dan hostnya. Address mana saja yang berfungsi sebagai SUBNET, mana yang HOST dan mana yang BROADCAST. Semua itu bisa kita ketahui dari SUBNET MASKnya. Jl Gatot Subroto tanpa gang yang saya tampilkan di awal bisa dipahami sebagai menggunakan SUBNET MASK DEFAULT, atau dengan kata lain bisa disebut juga bahwa Network tersebut tidak memiliki subnet (Jalan tanpa Gang). SUBNET MASK DEFAULT ini untuk masing-masing Class IP Address adalah sbb:

CLASS OKTET PERTAMA SUBNET MAS DEFAULT PRIVATE ADDRESS
A 1-127 255.0.0.0 10.0.0.0-10.255.255.255
B 128-191 255.255.0.0 172.16.0.0-172.31.255.255
C 192-223 255.255.255.0 192.168.0.0-192.168.255.255

PERHITUNGAN SUBNETTING

by Romi Satria Wahono

subnetrouter2.JPGSetelah anda membaca artikel Konsep Subnetting, Siapa Takut? dan memahami konsep Subnetting dengan baik. Kali ini saatnya anda mempelajari teknik penghitungan subnetting. Penghitungan subnetting bisa dilakukan dengan dua cara, cara binary yang relatif lambat dan cara khusus yang lebih cepat. Pada hakekatnya semua pertanyaan tentang subnetting akan berkisar di empat masalah: Jumlah Subnet, Jumlah Host per Subnet, Blok Subnet, dan Alamat Host- Broadcast.

Penulisan IP address umumnya adalah dengan 192.168.1.2. Namun adakalanya ditulis dengan 192.168.1.2/24, apa ini artinya? Artinya bahwa IP address 192.168.1.2 dengan subnet mask 255.255.255.0. Lho kok bisa seperti itu? Ya, /24 diambil dari penghitungan bahwa 24 bit subnet mask diselubung dengan binari 1. Atau dengan kata lain, subnet masknya adalah: 11111111.11111111.11111111.00000000 (255.255.255.0). Konsep ini yang disebut dengan CIDR (Classless Inter-Domain Routing) yang diperkenalkan pertama kali tahun 1992 oleh IEFT.

Pertanyaan berikutnya adalah Subnet Mask berapa saja yang bisa digunakan untuk melakukan subnetting? Ini terjawab dengan tabel di bawah:

Subnet Mask Nilai CIDR
255.128.0.0 /9
255.192.0.0 /10
255.224.0.0 /11
255.240.0.0 /12
255.248.0.0 /13
255.252.0.0 /14
255.254.0.0 /15
255.255.0.0 /16
255.255.128.0 /17
255.255.192.0 /18
255.255.224.0 /19
Subnet Mask Nilai CIDR
255.255.240.0 /20
255.255.248.0 /21
255.255.252.0 /22
255.255.254.0 /23
255.255.255.0 /24
255.255.255.128 /25
255.255.255.192 /26
255.255.255.224 /27
255.255.255.240 /28
255.255.255.248 /29
255.255.255.252 /30

SUBNETTING PADA IP ADDRESS CLASS C

Ok, sekarang mari langsung latihan saja. Subnetting seperti apa yang terjadi dengan sebuah NETWORK ADDRESS 192.168.1.0/26 ?

Analisa: 192.168.1.0 berarti kelas C dengan Subnet Mask /26 berarti 11111111.11111111.11111111.11000000 (255.255.255.192).

Penghitungan: Seperti sudah saya sebutkan sebelumnya semua pertanyaan tentang subnetting akan berpusat di 4 hal, jumlah subnet, jumlah host per subnet, blok subnet, alamat host dan broadcast yang valid. Jadi kita selesaikan dengan urutan seperti itu:

  1. Jumlah Subnet = 2x, dimana x adalah banyaknya binari 1 pada oktet terakhir subnet mask (2 oktet terakhir untuk kelas B, dan 3 oktet terakhir untuk kelas A). Jadi Jumlah Subnet adalah 22 = 4 subnet
  2. Jumlah Host per Subnet = 2y - 2, dimana y adalah adalah kebalikan dari x yaitu banyaknya binari 0 pada oktet terakhir subnet. Jadi jumlah host per subnet adalah 26 - 2 = 62 host
  3. Blok Subnet = 256 - 192 (nilai oktet terakhir subnet mask) = 64. Subnet berikutnya adalah 64 + 64 = 128, dan 128+64=192. Jadi subnet lengkapnya adalah 0, 64, 128, 192.
  4. Bagaimana dengan alamat host dan broadcast yang valid? Kita langsung buat tabelnya. Sebagai catatan, host pertama adalah 1 angka setelah subnet, dan broadcast adalah 1 angka sebelum subnet berikutnya.
  5. Subnet
    192.168.1.0
    192.168.1.64
    192.168.1.128
    192.168.1.192
    Host Pertama
    192.168.1.1
    192.168.1.65
    192.168.1.129
    192.168.1.193
    Host Terakhir
    192.168.1.62
    192.168.1.126
    192.168.1.190
    192.168.1.254
    Broadcast
    192.168.1.63
    192.168.1.127
    192.168.1.191
    192.168.1.255

Kita sudah selesaikan subnetting untuk IP address Class C. Dan kita bisa melanjutkan lagi untuk subnet mask yang lain, dengan konsep dan teknik yang sama. Subnet mask yang bisa digunakan untuk subnetting class C adalah seperti di bawah. Silakan anda coba menghitung seperti cara diatas untuk subnetmask lainnya.

Subnet Mask Nilai CIDR
255.255.255.128 /25
255.255.255.192 /26
255.255.255.224 /27
255.255.255.240 /28
255.255.255.248 /29
255.255.255.252 /30

SUBNETTING PADA IP ADDRESS CLASS B

Berikutnya kita akan mencoba melakukan subnetting untuk IP address class B. Pertama, subnet mask yang bisa digunakan untuk subnetting class B adalah seperti dibawah. Sengaja saya pisahkan jadi dua, blok sebelah kiri dan kanan karena masing-masing berbeda teknik terutama untuk oktet yang “dimainkan” berdasarkan blok subnetnya. CIDR /17 sampai /24 caranya sama persis dengan subnetting Class C, hanya blok subnetnya kita masukkan langsung ke oktet ketiga, bukan seperti Class C yang “dimainkan” di oktet keempat. Sedangkan CIDR /25 sampai /30 (kelipatan) blok subnet kita “mainkan” di oktet keempat, tapi setelah selesai oktet ketiga berjalan maju (coeunter) dari 0, 1, 2, 3, dst.

Subnet Mask Nilai CIDR
255.255.128.0 /17
255.255.192.0 /18
255.255.224.0 /19
255.255.240.0 /20
255.255.248.0 /21
255.255.252.0 /22
255.255.254.0 /23
255.255.255.0 /24
Subnet Mask Nilai CIDR
255.255.255.128 /25
255.255.255.192 /26
255.255.255.224 /27
255.255.255.240 /28
255.255.255.248 /29
255.255.255.252 /30

Ok, kita coba dua soal untuk kedua teknik subnetting untuk Class B. Kita mulai dari yang menggunakan subnetmask dengan CIDR /17 sampai /24. Contoh network address 172.16.0.0/18.

Analisa: 172.16.0.0 berarti kelas B, dengan Subnet Mask /18 berarti 11111111.11111111.11000000.00000000 (255.255.192.0).

Penghitungan:

  1. Jumlah Subnet = 2x, dimana x adalah banyaknya binari 1 pada 2 oktet terakhir. Jadi Jumlah Subnet adalah 22 = 4 subnet
  2. Jumlah Host per Subnet = 2y - 2, dimana y adalah adalah kebalikan dari x yaitu banyaknya binari 0 pada 2 oktet terakhir. Jadi jumlah host per subnet adalah 214 - 2 = 16.382 host
  3. Blok Subnet = 256 - 192 = 64. Subnet berikutnya adalah 64 + 64 = 128, dan 128+64=192. Jadi subnet lengkapnya adalah 0, 64, 128, 192.
  4. Alamat host dan broadcast yang valid?
  5. Subnet

    172.16.0.0
    172.16.64.0
    172.16.128.0
    172.16.192.0
    Host Pertama
    172.16.0.1
    172.16.64.1
    172.16.128.1
    172.16.192.1
    Host Terakhir
    172.16.63.254
    172.16.127.254
    172.16.191.254
    172.16.255.254
    Broadcast
    172.16.63.255
    172.16.127.255
    172.16.191.255
    172.16..255.255

Berikutnya kita coba satu lagi untuk Class B khususnya untuk yang menggunakan subnetmask CIDR /25 sampai /30. Contoh network address 172.16.0.0/25.

Analisa: 172.16.0.0 berarti kelas B, dengan Subnet Mask /25 berarti 11111111.11111111.11111111.10000000 (255.255.255.128).

Penghitungan:

  1. Jumlah Subnet = 29 = 512 subnet
  2. Jumlah Host per Subnet = 27 - 2 = 126 host
  3. Blok Subnet = 256 - 128 = 128. Jadi lengkapnya adalah (0, 128)
  4. Alamat host dan broadcast yang valid?

Subnet

172.16.0.0 172.16.0.128 172.16.1.0 172.16.255.128
Host Pertama 172.16.0.1 172.16.0.129 172.16.1.1 172.16.255.129
Host Terakhir 172.16.0.126 172.16.0.254 172.16.1.126 172.16.255.254
Broadcast 172.16.0.127 172.16.0.255 172.16.1.127 172.16.255.255

Masih bingung juga? Ok sebelum masuk ke Class A, coba ulangi lagi dari Class C, dan baca pelan-pelan

SUBNETTING PADA IP ADDRESS CLASS A

Kalau sudah mantab dan paham, kita lanjut ke Class A. Konsepnya semua sama saja. Perbedaannya adalah di OKTET mana kita mainkan blok subnet. Kalau Class C di oktet ke 4 (terakhir), kelas B di Oktet 3 dan 4 (2 oktet terakhir), kalau Class A di oktet 2, 3 dan 4 (3 oktet terakhir). Kemudian subnet mask yang bisa digunakan untuk subnetting class A adalah semua subnet mask dari CIDR /8 sampai /30.

Kita coba latihan untuk network address 10.0.0.0/16.

Analisa: 10.0.0.0 berarti kelas A, dengan Subnet Mask /16 berarti 11111111.11111111.00000000.00000000 (255.255.0.0).

Penghitungan:

  1. Jumlah Subnet = 28 = 256 subnet
  2. Jumlah Host per Subnet = 216 - 2 = 65534 host
  3. Blok Subnet = 256 - 255 = 1. Jadi subnet lengkapnya: 0,1,2,3,4, etc.
  4. Alamat host dan broadcast yang valid?

Subnet

10.0.0.0 10.1.0.0 10.254.0.0 10.255.0.0
Host Pertama 10.0.0.1 10.1.0.1 10.254.0.1 10.255.0.1
Host Terakhir 10.0.255.254 10.1.255.254 10.254.255.254 10.255.255.254
Broadcast 10.0.255.255 10.1.255.255 10.254.255.255 10.255.255.255

Mudah-mudahan sudah setelah anda membaca paragraf terakhir ini, anda sudah memahami penghitungan subnetting dengan baik. Kalaupun belum paham juga, anda ulangi terus artikel ini pelan-pelan dari atas. Untuk teknik hapalan subnetting yang lebih cepat, tunggu di artikel berikutnya

Catatan: Semua penghitungan subnet diatas berasumsikan bahwa IP Subnet-Zeroes (dan IP Subnet-Ones) dihitung secara default. Buku versi terbaru Todd Lamle dan juga CCNA setelah 2005 sudah mengakomodasi masalah IP Subnet-Zeroes (dan IP Subnet-Ones) ini. CCNA pre-2005 tidak memasukkannya secara default (meskipun di kenyataan kita bisa mengaktifkannya dengan command ip subnet-zeroes), sehingga mungkin dalam beberapa buku tentang CCNA serta soal-soal test CNAP, anda masih menemukan rumus penghitungan Jumlah Subnet = 2x - 2







Baca Selengkapnya......

Read Users' Comments (0)